Muhammad, yang bercita-cita menjadi mahasiswa Fakultas Ushuluddin, harus melalui jalan yang tidak mudah. Proses seleksi di Al-Azhar terkenal ketat, menuntut keseriusan penuh, termasuk menuntaskan enam level kelas bahasa Arab yang diakhiri ujian beruntun. Setiap tahapan, dari persiapan berkas terjemahan, paspor, visa, hingga rekomendasi Kemenag, adalah medan juang yang menguji kegigihannya.
Siapa sangka, pemuda seberani ini tumbuh dari keluarga sederhana yang sehari-hari akrab dengan pengabdian. Ayah Muhammad diketahui bekerja sebagai petugas kebersihan di Pondok Pesantren Qodratullah Langkan, Banyuasin, dan sang ibu adalah juru masak di pondok yang sama.
Meskipun terlahir dengan keterbatasan finansial, alumni Ponpes Qodratullah ini tidak pernah berhenti mencari jalan untuk mewujudkan mimpinya.
Titik baliknya dimulai ketika Muhammad memberanikan diri mengirimkan proposal bantuan melalui Program Layanan Mustahik (LAMUSTA) Dompet Dhuafa Sumsel. Tim DD Sumsel, di bawah Pendamping Sosial Kebencanaan Wawan Setiawan, merespons dengan asesmen yang sangat mendalam sejak Oktober 2025.
Verifikasi dilakukan secara komprehensif, mulai dari kondisi kediaman, wawancara keluarga, hingga pemeriksaan hasil ujian bahasa Arab Level 5 dan 6—sebuah proses memastikan amanah zakat disalurkan tepat pada asnaf Fisabilillah.
Setelah lolos verifikasi ketat tersebut, amanah zakat dari para muzaki diwujudkan oleh DD Sumsel dalam bentuk subsidi tiket pesawat keberangkatan dari Jakarta menuju Mesir. Penyaluran bantuan yang disaksikan Pimpinan Cabang Rizki Asmuni di Kantor DD Sumsel pada Senin (1/12/2025) menjadi penanda dimulainya babak baru kehidupan Muhammad.
"Saya berterima kasih atas bantuan Dompet Dhuafa kepada saya dalam menggapai cita-cita ke Al-Azhar," ujar Muhammad dengan wajah penuh rasa syukur, sesaat sebelum keberangkatannya.
"InsyaAllah siang ini langsung kumpul di Ittifaqiah dan berangkat ke Jakarta, lalu besoknya jika tidak ada halangan langsung menuju Mesir," ujarnya semringah.
Menyertai harapan tersebut, Pimpinan Cabang Rizki Asmuni menitipkan pesan strategis. Rizki berharap agar kelak Muhammad tidak melupakan kampung halaman. Tujuannya jelas: setelah menimba ilmu, ia harus kembali ke Palembang, menebarkan ilmu yang telah didapat, dan berkolaborasi kembali dengan Dompet Dhuafa Sumsel.
Pesan ini sekaligus menegaskan bahwa zakat yang disalurkan bukan sekadar bantuan sesaat, melainkan investasi masa depan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkomitmen membangun bangsa. (ron)

